Senin, 24 November 2014

Tetanus, defenisi, etiologi, patofisiologi, dan pencegahan/pengobatan


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvWv9mHav1rNKkRU5FHH-pGGNFFepZHPhn_E-tQuaueBILFnIjWpMvny4jfogd6kOiL5S4BuPXiCD2UUw2rPBEcPSS5x_q0z5KpcF-4qhnUQvT18W0K5mZo2aLD9tuASQ4VZUlBaMvqlA/s320/Neonatal+Tetanus.JPG


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj__CPEhcyvc8edglGNcFoMoLOaogPo1e71VuiDwwvoANb6jnbGeD6GKNH3KdWb-PsozqcEjwBk5AV5SF6egwlSHEiUPH_znCtMuh2uhjvWTqIVTgPJ_8UlCFugZ55zlKyUwTwTDPoWgmo/s400/img-0034.png





Tetanus 
1.     Definisi
yang juga dikenal dengan lockjaw , merupakan penyakit yang disebakan oleh tetanospasmin, yaitu sejenis neurotoksin yang diproduksi olehClostridium tetani yang menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf dan otot menjadi kaku (rigid). Kitasato merupakan orang pertama yang berhasil mengisolasi organisme dari korban manusia yang terkena tetanus dan juga melaporkan bahwa toksinnya dapat dinetralisasi dengan antibodiyang spesifik.  Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dariteinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di saatspasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang, dan paralisis pernapasan.

2.     Etiologi
oleh Bakteri yang dikenal dengan nama Clostridium tetani, hidup dan berkembang pada tanah, debu, kotoran hewan, dsb. Luka yang terkontaminasi adalah mata rantai di mana bakteri tetanus berkembang biak. Luka tusuk seperti yang disebabkan oleh paku, pecahan, atau gigitan serangga adalah kasus klasik penyebab tetanus yang banyak menginfeksi. Bakteri juga dapat tertular melalui luka bakar, luka injeksi, dll.
Tetanus juga bisa menjadi bahaya untuk kedua ibu dan anak yang baru lahir (melahirkan dan melalui tunggul tali pusar). Racun kuat yang dihasilkan ketika bakteri tetanus berkembang biak adalah penyebab utama penyakit ini. Gejala tetanus yang ditimbulkan secara umum adalah kejang.
tetanus.jpg
Toksin tetanus mempengaruhi mata rantai interaksi antara saraf dan otot. Daerah ini disebut sambungan neuromuskuler. Penyebab tetanus dapat mengeluarkan toksin tetanus sehingga memperkuat sinyal kimia dari saraf ke otot, yang menyebabkan otot-otot untuk memperketat kontraksi atau spasme. Hal ini mengakibatkan baik kejang otot lokal atau umum.

Toksin Tetanus dapat mempengaruhi neonatus menyebabkan kejang otot. Ini biasanya terjadi dalam dua minggu pertama setelah kelahiran dan dapat dikaitkan dengan metode sanitasi yang buruk dalam merawat tunggul tali pusat dari neonatus. Dari catatan, karena program vaksinasi tetanus, hanya tiga kasus tetanus neonatal dilaporkan sejak tahun 1990, dan dalam setiap kasus adalah ibu-ibu yang tidak lengkap di imunisasi tetanus toksoid.
Clostridium tetani adalah jenis bakteri yang bertanggung jawab untuk penyakit tetanus. Bakteri penyebab tetanus ini ditemukan dalam dua bentuk: sebagai spora (aktif) atau sebagai sel vegetatif (aktif) yang dapat berkembang biak. Sel bakteri aktif merilis dua exotoxins, tetanolysin dan tetanospasmin. Fungsi tetanolysin tidak jelas, tetapi tetanospasmin bertanggung jawab untuk penyakit tetanus.

3.     Patofisiologi
Ulfaramadhani61@yahoo.com
elimbong66@yahoo.comkardina_kadir@yahoo.comAsty_yuniver@yahoo.comanidmemangjibollah@yahoo.co.id
Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka baker, luka yang kotor dan pada bayi dapat melalui tali pusat. Organisme multiple membentuk dua toksin yaitu tetanuspasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempengaruhi sistem saraf pusat.

Eksotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf pusat dengan melewati akson neuron atau sistem vaskuler. Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh antititoksin.
Penyakit Hirschsprung dan Intervensi Keperawatan
 












Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toksin adalah pertama toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawah ke kornu anterior susunan saraf pusat. Kedua, toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk kedalam susunan saraf pusat. Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot-otot manjadi kejang dan mudah sekali terangsang. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvWv9mHav1rNKkRU5FHH-pGGNFFepZHPhn_E-tQuaueBILFnIjWpMvny4jfogd6kOiL5S4BuPXiCD2UUw2rPBEcPSS5x_q0z5KpcF-4qhnUQvT18W0K5mZo2aLD9tuASQ4VZUlBaMvqlA/s320/Neonatal+Tetanus.JPG
4.     Gejala Tetanus
Beberapa tanda-tanda dan gejala tetanus antara lain adalah:
* Gejala pada umumnya akan muncul 5 sampai 10 hari setelah terjadi infeksi, tapi bisa juga terjadi 2 hari dan 50 hari setelah terjadi infeksi bakteri.
* Pada umumnya tetanus akan menyebabkan kaku pada rahang dan kejang pada seluruh tubuh.
* Penderita juga akan merasakan gelisah, sakit kepala, demam, susah menelan makanan, rasa nyeri pada tenggorokan, menggigil, terjadi kejang pada otot dan kaku pada kuduk lengan dan tungkai.
* Wakah penderita seperti tampak menyeringai dengan kedua alis terangkat ke atas, ini disebabkan kejang pada daerah wajah.
* Badan penderita seperti melengkung ke depan, karena terjadi kejang pada otot perut, leher dan punggung, kepala dan tumit penderita seperti tertarik ke belakang.

Asuhan Keperawatan pada  TetanusGEJALA-GEJALA DAN TANDA-TANDA PENYAKIT TETANUS 3 - 2




5.     Gejala Klinis
Masa inkubasi tetanus umumnya 3-21 hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari atau hingga beberapa bulan). Hal ini secara langsung berhubungan dengan jarak dari tempat masuknya kuman C. tetani (tempat luka) ke Susunan Saraf Pusat (SSP); secara umum semakin besar jarak antara tempat luka dengan SSP, masa inkubasi akan semakin lama. Semakin pendek masa inkubasi, akan semakin tinggi kemungkinan terjadinya kematian.


Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal secara klinis, yakni :
1. Generalized tetanus (Tetanus umum)
Tetanus umum merupakan bentuk yang sering ditemukan. Derajat luka bervariasi, mulai dari luka yang tidak disadari hingga luka trauma yang terkontaminasi. Masa inkubasi sekitar 7-21 hari, sebagian besar tergantung dari
jarak luka dengan SSP. Penyakit ini biasanya memiliki pola yang desendens. Tanda pertama berupa trismus/lock jaw, diikuti dengan kekakuan pada leher, kesulitan menelan, dan spasme pada otot abdomen. Gejala utama berupa trismus terjadi sekitar 75% kasus, seringkali ditemukan oleh dokter gigi dan dokter bedah mulut. Gambaran klinis lainnya meliputi iritabilitas, gelisah, hiperhidrosis dan disfagia dengan hidrofobia, hipersalivasi dan spasme otot punggung. Manifestasi dini ini merefleksikan otot bulbar dan paraspinal, mungkin karena dipersarafi oleh akson pendek. Spasme dapat terjadi berulang kali dan berlangsung hingga beberapa menit
. 2. Localized tetanus (Tetanus lokal) mendahului tetanus umum tetapi dengan derajat yang lebih ringan. Hanya sekitar 1% kasus yang menyebabkan kematian. Tetanus lokal terjadi pada ektremitas dengan luka yangTetanus lokal terjadi pada ektremitas dengan luka yang terkontaminasi serta memiliki derajat yang bervariasi. Bentuk ini merupakan tetanus yang tidak umum dan memiliki prognosis yang baik. Spasme dapat terjadi hingga beberapa minggu sebelum akhirnya menghilang secara bertahap
3. Cephalic tetanus (Tetanus sefalik)

Tetanus sefalik umumnya terjadi setelah trauma kepala atau terjadi setelah infeksi telinga tengah. Gejala terdiri dari disfungsi saraf kranialis motorik (seringkali pada saraf fasialis). Gejala dapat berupa tetanus lokal hingga tetanus umum. Bentuk tetanus ini memiliki masa inkubasi 1-2 hari. Prognosis biasanya buruk.
berdasarkan derajat beratnya penyakit, tetanus dapat dibagi menjadi empat (4) tingkatan

6.     Klasifikasi Ablett untuk Derajat Manifestasi Klinis Tetanus Derajat

. Tetanus lokal dapat
I : Ringan
Trismus ringan sampai sedang;spastisitas umum tanpa spasme atau gangguan pernapasan;tanpa disfagia atau disfagia ringan
II : Sedang
Trismus sedang; rigiditas dengan spasme ringan sampai sedang dalam waktu singkat; laju napas>30x/menit; disfagia ringan
III : Berat
Trismus berat; spastisitas umum; spasmenya lama; laju napas>40x/menit; laju nadi > 120x/menit, apneic spell, disfagia berat
IV : Sangat berat
(derajat  III + gangguan sistem otonom termasuk kardiovaskular) Hipertensi berat dan takikardia yang dapat diselang-seling dengan hipotensi relatif dan bradikardia, dan salah satu keadaan tersebut dapat menetap
Itulah dia bebera informasi yang bisa kami sampaikan untuk Anda, mengenai gejala tetanus semoga dapat bermanfaat



Pengobatan Tetanus Serta Pencegahannya
pengobatantetanus.jpg
 Pengobatan tetanus adalah langkah-langkah yang bertujuan untuk mengobati sumber infeksi bakteri dengan antibiotik dan drainase (dilakukan di rumah sakit), sementara pasien dimonitor untuk setiap tanda-tanda otot-otot pernapasan terganggu. Pengobatan Tetanus diarahkan menghentikan produksi toksin, menetralkan efeknya, dan mengendalikan kejang otot. Sedasi sering diberikan untuk kejang otot, yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas sehingga dapat mengancam jiwa.
Dalam kasus yang lebih parah, bantuan pernapasan dengan mesin pernapasan buatan mungkin diperlukan. Jika toksin sudah beredar di tubuh maka pengobatan tetanus harus diarahkan dengan menetralkannya dengan obat antitoksin. Toksin tetanus tidak menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf setelah pasien sembuh. Setelah pemulihan, pasien masih memerlukan imunisasi aktif karena penyakit tetanus tidak memberikan imunisasi alami terhadap sebuah episode berulang.
7.     Pengobatan Tetanus dan Pencegahannya
Imunisasi aktif untuk vaksin tetanus memainkan peran penting dalam pengobatan tetanus sekaligus juga mencegah penyakit. Tindakan pencegahan untuk melindungi kulit yang ditembus oleh bakteri tetanus. Sebagai contoh, tindakan pencegahan harus menghindari menginjak kuku dengan memakai sepatu. Jika luka tajam terjadi, harus dibersihkan dengan sabun dan air dan sebisa mungkin mencari bantuan medis. Berbeda halnya dengan imunisasi aktif, imunisasi pasif dapat diberikan dalam kasus-kasus yang dipilih (dengan imunoglobulin khusus).
Semua anak harus di imunisasi terhadap tetanus dengan menerima serangkaian lima vaksinasi DTaP yang umumnya dimulai pada usia 2 bulan dan selesai pada sekitar 5 tahun. Vaksin tetanus dianjurkan pada usia 11 tahun. Follow-up vaksinasi dianjurkan setiap 10 tahun sesudahnya, sementara jangka waktu 10 tahun ada perlindungan setelah seri masa kanak-kanak selesai. Seharusnya seorang yang berpotensi terkontaminasi luka terjadi, diberikan dalam kasus-kasus yang dipilih dan 10 tahun.
Obat untuk penatalaksanaan infeksi adalah antibiotik (misalnya, metronidazol) untuk membunuh bakteri, suntikan tetanus booster jika perlu, dan kadang-kadang antitoksin untuk menetralkan toksin seperti yang dijelaskan di awal. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pembersihan luka untuk menghilangkan bakteri (abses). Obat penenang diberikan pada mereka yang telah terinfeksi seperti diazepam untuk mengontrol kejang otot. Dukungan ventilator untuk membantu pernapasan dalam hal kejang pita suara atau otot pernafasan pada pengobatan tetanus ini.



Daftar Pustaka



1 komentar :

  1. thanks buat infonya gan,, sangat bermanfaat sekali..

    http://goo.gl/gfdICr

    BalasHapus